Lir-Ilir: Kolaborasi Agama dan Tradisi
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Bocah angon-bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…
Semoga kita dapat melestarikan kebudayaan dan tradisi Jawa yang adiluhung dan sarat makna maupun pesan spiritualisme. Agama dan tradisi memang dua hal yang berbeda, tidaklah perlu untuk dipertentangkan. Harus dicari jalan damai agar keduanya dapat berjalan seiring-sejalan tanpa saling menimbulkan gesekan dan konflik. Agama adalah esensi pokok kehidupan manusia dengan Khaliq-Nya, hubungan atas dasar penghambaan sebagai makhluk kepada pencipta-Nya. Sedangkan tradisi adalah hasil cipta, rasa, dan karya manusia dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, maupun sebagai jalan manusia dekat dengan Rabb-Nya.
Namun, tidaklah sepantasnya sebagai seorang hamba mencampur-adukkan keduanya. Syariat berbeda dengan tradisi maupun adat istiadat. Syariat ada karena tuntunan Illahiah melalui Kitab Suci dan Sunnah Rasul-Nya. Tradisi semata-mata hanyalah kearifan lokal keselarasan antara manusia dengan manusia yang lain.
Semoga terjadi titik damai antara Agama dan Tradisi. Sehingga keduanya saling menyokong menuju keharmonisan hidup, menuju masyarakat yang madani. Amin.
good i like it 🙂
terima kasih…
^be better together
Wah,,, liad video ni teringat waktu masih kecil dg rasa PD brsma tman2, saat pentas rebana antar TPQ sekecamatan…. 🙂
terima kasih…
ayo hidupkan lagi tradisi religi tanpa merusak nilai-nilai syariat yang ada…
jadikan tradisi sebagai media dakwah dan pemersatu ummat…
^be better together